Banjir Jakarta, Anies Sebut Pompa Air Kalah Dari Curah Hujan

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meninjau tinggi air di pintu air Manggarai Jakarta Selatan pada Rabu malam, 1 Januari 2020. Tempo/Taufiq Siddiq
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, mengatakan curah hujan yang turun pada awal tahun 2020 tidak sebanding dengan kemampuan pompa air yang tersedia.
TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, mengatakan curah hujan yang turun pada awal tahun 2020 tidak sebanding dengan kemampuan pompa air yang sediakan. Hujan tersebut akhirnya membuat Ibu Kota dan sekitarnya dilanda banjir.
"Curah hujan yang ekstrem maka kemampuan pompa untuk mengalirkan dibandingkan dengan hujan yang jatuh memang tidak seimbang. Itu faktanya," ujar Anies usai melaksanakan kerja bakti di Kelurahan Makasar, Jakarta Timur, Ahad, 5 Desember 2019.
Gubernur Anies menuturkan DKI Jakarta memiliki 478 unit pompa air di 176 lokasi. Selain itu, kata dia, juga ada 122 unit pompa air berjalan (mobile). Ia mengklaim semua pompa tersebut berfungsi. Anies pun memberi salah satu contoh keberhasilan beroperasinya pompa mobile.
"Hujan yang sedemikian deras, tapi kenapa Kemang tidak banjir? Karena pompa mobile kami bekerja di Kemang Raya dan mengangkat terus menerus Kali Grogol dengan kecepatan yang diporsir," ujar dia.
Anies mengatakan, Pemerintah Provinsi DKI menjaga pompa agar tidak gagal beroperasi. Caranya adalah dengan melakukan pergantian. Misalnya kata dia, jika ada 10 pompa di suatu lokasi, maka tujuh diantaranya dinyalakan. Sementara tiga pompa lainnya diistirahatkan untuk dioperasikan kemudian.
Menurut dia, hujan ekstrem pada awal tahun 2020 melanda hampir seluruh wilayah Jakarta. Dia mengklaim Pemprov DKI berhasil menangani hujan yang turun deras. "Delapan puluh lima persen wilayah Jakarta yang semuanya itu mengalami hujan, itu kami berhasil," kata dia.
Sebelumnya, kegagalan operasi pompa air disampaikan oleh Pengelola Penyelamatan Suku Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta Barat, Wirawan. Ia menyatakan pompa air di rumah pompa Mangga Raya, Jakarta Barat baru diaktifkan setelah debit air menurun pada Kamis malam, 2 Januari 2020. Karena itu, dia melanjutkan, banjir masih melanda kompleks perumahan Green Ville, Duri Kepa, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
"Debit air yang datang dibandingkan pompa lebih banyak debit. Jadi belum sempat pompa, udah rata semua (dengan air)," kata Wirawan saat ditemui di lokasi banjir, Jumat, 3 Januari 2020.
Menurut Wirawan, air yang sudah disedot ke sungai bakal terpental dan kembali ke lokasi asal. Sebab, debit air di sungai pun sudah tinggi atau melebihi batas normal. Itu sebabnya petugas tak menyalakan pompa di Mangga Raya guna menghindari air mengalir kembali ke lokasi banjir.
Rumah pompa Mangga Raya berjarak sekitar 800 meter dari perumahan Green Ville."Jangan sampai pompa ke sungai kemudian libas balik lagi, buang dan balik lagi," ucap dia.
Pengukuran BMKG menunjukkan curah hujan tertinggi tercatat di Bandara Halim Perdana Kusuma hingga 377 milimeter per hari. Sementara di Taman Mini Indonesia Indah (335), Kembangan (265), Pulo Gadung dan Jatiasih (260), Cikeas (246) dan Tomang (226). Sebaran curah hujan ekstrem itu tergolong lebih tinggi dan lebih luas daripada kejadian banjir sebelumnya, termasuk banjir Jakarta 2007 dan 2015.
M YUSUF MANURUNG | LANI DIANA